DENPASAR – Wisman dari negara kawasan ASEAN, sejauh ini adalah yang terbanyak berkunjung ke Indonesia dibandingkan negara kawasan lainnya, seperti Asia, Amerika, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Oseania. Wisman dari negara asal ASEAN ini jugalah yang tetap menopang pertumbuhan jumlah wisatawan di Indonesia kurun Januari-April 2019.
Data BPS Juni 2019, menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) secara akumulasi ke Indonesia naik 3.22% menjadi 5.12 juta per Januari-April 2019 dibandingkan periode serupa 2018 sebanyak 4.96 juta. Kenaikan jumlah kunjungan turis ini tidak signifikan karena hanya ditopang oleh wisman asal ASEAN dan Amerika. Sedangkan wisman asal kawasan lainnya menunjukkan penurunan.
Pada kurun tersebut, BPS mencatat wisman yang berasal dari ASEAN mencapai 2.06 juta kurun Januari-April 2019, naik 16.77% dari 1.76 juta wisman pada Januari-April 2018. Sedangkan wisman asal Amerika menyumbang kenaikan 7.40% dari 1.85 juta wisman menjadi 1.99 juta turis.
Di kawasan ASEAN, turis yang paling banyak berkunjung berasal dari Malaysia, sebanyak 1.05 juta. Diikuti turis dari Singapura, tercatat 603.400 orang, Filipina 86.600 turis, Thailand 41.6 wisman, dan negara ASEAN lainnya sekira 133,800 orang.
Sedangkan wisman dari negara di Asia di luar ASEAN mengalami penurunan 5.68% dari 1.85 juta menjadi 1.75 juta. Turis asal Timur Tengah menurun 13.22% dari 76.200 menjadi 66.100 turis, wisman asal Eropa naik namun tidak signifikan dari 578.700 turis menjadi 580.000 orang. Negara kawasan Oseania turun 7.81% dari 467.200 turis menjadi 430.700 wisman, dan Afrika stabil dari 24.400 orang menjadi 24.500 turis.
Dari data di atas, nampak bahwa destinasi turis di Indonesia belum begitu dikenal luas di sejumlah negara di luar kawasan ASEAN dan Asia. Belum jelas apakah upaya promosi, sosialisasi, dan marketing destinasi wisatawan yang dilakukan selama ini kurang gencar atau tidak tepat sasaran. Namun jika bukan karena dua alasan itu, maka perlu dicari faktor lainnya penyebab kedatangan negara asal turis ke Indonesia menurun.
Turis China dan Arab Saudi
Ada hal yang menarik dari data BPS tersebut jika dikaitkan dengan isu sentimen etnis yang berkembang di dalam negeri menjelang Pilpres April 2019 kemarin, yakni etnis China dan Arab. Negara China kerap dinarasikan sebagai negara yang harus diwaspadai sebagai pengganggu eksistensi Indonesia dan Arab Saudi yang dinarasikan sebagai negara kaya raya.
Ternyata data BPS menunjukkan bahwa jumlah turis asal China dan Arab Saudi memiliki pola yang berbeda satu sama lain. Di negara Asia di luar kawasan ASEAN, kedatangan turis asal China (RRT) naik 5.50% dari 682.100 orang menjadi 718.900 wisman. Sebaliknya, turis asal Saudi Arabia turun 21.31% dari 44.600 turis menjadi 35.100 turis.
Data tersebut bagi masyarakat Indonesia dapat menjelaskan bahwa China yang dikenal sebagai negara komunis mengirim wisatawan lebih banyak datang ke Indonesia dibandingkan Arab Saudi sebagai negara kaya raya. Sedangkan bagi turis asal kedua negara tersebut, Indonesia mungkin saja dianggap sebagai negara destinasi wisata semata. Tanpa memedulikan bagaimana mereka dicurigai atau dipakai sebagai isu menaikkan sentimen politik nasional dalam Pilpres yang telah berlangsung kemarin.