JAKARTA – Sejumlah pengusaha di sektor perhotelan di Indonesia mulai mengeluhkan dampak wabah Covid-19 karena mengalami penurunan tingkat hunian hotel. Pendapatan hotel akan turun pada triwulan I 2020 di bawah capaian periode yang sama tahun lalu. Harga saham perusahaan di industri ini pun ikut terguncang hingga ramai-ramai melakukan aksi beli kembali (buyback) saham.
Pengelola Eastparc Hotel Yogyakarta, misalnya, mengalami penurunan tingkat hunian hotel pada Maret 2020 di bawah 50%, lebih rendah di bandingkan okupansi hotel pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 82,69%.
“Jika kondisi ini terus berlanjut, maka perusahaan memperkirakan tingkat hunian pada April hingga Mei 2020 dapat berada di bawah 25%, di mana angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan tingkat hunian pada April 2019 sebesar 82,48% dan Mei 2019 sebanyak 55,07%,” kata Khalid bin Omar Abdat, dikutip dari keterbukaan informasi perusahaan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2020 menyebutkan, tingkat hunian kamar hotel klasifikasi bintang di DI Yogyakarta sebesar 52,93%, lebih rendah 19,50% di bandingkan okupansi hotel periode Desember 2019 sebesar 72,43%. Namun, masih lebih tinggi 2,74% dibandingkan tingkat hunian hotel pada Januari 2019 sebanyak 50,19%.
Di Provinsi Bali, tingkat okupansi hotel pada Januari 2020 sebanyak 59,29% lebih tinggi 6,02% dibandingkan Januari 2019 sebanyak 53,27%. Namun, okupansi Januari 2020 lebih rendah 3,26% dari okupansi Desember 2019 sebesar 62,55%. Tapi, secara keseluruhan di semua provinsi, okupansi hotel pada Januari 2020 sebanyak 49,17% lebih rendah 2,30% dari okupansi Januari 2019 sebanyak 51,47%.
Di pasar bursa, harga saham EAST tercatat berada pada level Rp 53 per lembar, terus mengalami penurunan di bandingkan harga perdagangan pada Januari 2020 di level Rp 97 per saham dan Februari 2020 di level Rp 88 per saham.
Nasib saham emiten PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) pengelola kawasan resort di Uluwatu Bali juga mengalami hal serupa. Pada perdagangan Jumat (27/3), saham emiten ini berada di level Rp 59 per saham, lebih rendah dari harga perdagangan pada Februari 2020 di level Rp 88 per lembar. Harga saham PT sarimelati Kencana Tbk (PZZA) menyentuh level Rp 600 per lembar, naik dibandingkan transaksi pada Selasa (24/3) di level Rp 535 per saham. Meski naik, tapi harga saham perusahaan in turun sejak Februari 2020 di level Rp 1.000 per lembar.
Untuk menahan penurunan harga sama ini, sejumlah perusahaan yang bergerak pada industri jasa perhotelan dan makanan minuman melakukan aksi buyback. PT Eastpack Hotel mengalokasikan dana Rp 2 miliar untuk membeli kembali saham yang beredar di pasar. Sedangkan PT Sari Melati Kencana Tbk (PZZA), pemegang merek Pizza Hut di Indonesia, menyediakan Rp 60 miliar untuk aksi yang sama saat ini.