DENPASAR – Kementerian Pariwisata fokus pada empat program utama yakni, border tourism, hot deal, tourism hub, dan LCC teriminal guna mencapai target kunjungan wisman pada tahun ini. Hingga akhir tahun nanti, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) diperkirakan sebanyak 18 juta, dengan sumbangan devisa US$ 18 miliar. Meski proyeksi kunjungan wisman ini masih di bawah target 20 juta orang, namun kontribusi devisa sektor pariwisata akan melampaui komoditi crude palm oil (CPO).

Seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Pariwisata, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan meski angka proyeksi 18 juta wisman tersebut di bawah target 20 juta wisman, namun menunjukkan pertumbuhan dua kali lipat atau tumbuh kisaran 20% per tahun dalam lima tahun sejak 2014.

“Ketika pertama kali saya menjabat menteri pariwisata pada 2015, kunjungan wisman ketika itu sebesar 9 juta, kemudian dalam perjalanan lima tahun melonjak hingga 18 juta atau tumbuh dua kali lipat,” katanya.

Dari sisi perolehan devisa, sumbangan sektor pariwisata diproyeksikan mencapai US$ 17,6 miliar-US$ 18 miliar atau melampaui CPO yang tahun lalu tercatat sebagai penyumbang devisa tertinggi di Indonesia.

Saat sumbangan devisa sektor pariwisata mencapai US$ 16,1 miliar dari kunjungan 16,4 juta wisman pada tahun lalu, posisi sektor pariwisata sudah menyamai CPO. Sedangkan devisa dari batubara cenderung stabil dan berada di posisi ketiga.

“Kalau dahulu di era 1980-an ketika migas berjaya, kita menyebut dua sumber terbesar devisa yaitu migas dan nonmigas, sekarang kita ubah sumber devisa pariwisata dan nonpariwisata,” kata Arief Yahya.

Untuk mencapai target minimal 18 juta wisman tersebut, pemerintah terus menggenjot empat program utama yakni, border tourism, hot deal, tourism hub, dan LCC terminal. Dari program border tourism diproyeksikan akan meraup 3,4 juta wisman. Jumlah ini berada pada kisaran 20% dari jumlah kunjungan wisman, atau naik dibandingkan pada tahun lalu sebesar 18% dari total wisman.

Menteri membandingkan realisasi border tourism ini dengan Malaysia yang mampu menjaring wisman dari sisi border tourism sebesar 60%-70%. Sedangkan Prancis dan Spanyol di atas 80% karena secara natural wisman Eropa yang berkunjung ke negeri itu adalah wisatawan overland.

Sementara itu, pada tahun ini program hot deal (diskon besar-besaran kunjungan wisman di saat low seasons) diharapkan menghasilkan 2 juta hingga 2,5 juta wisman. “Program hot deal tahun lalu mampu menjual 700.000 pax. Terbesar dari Kepri mencapai 20 persen,” kata Arief Yahya.

Sedangakan program tourism hub dilakukan melalui Singapura dan Kuala Lumpur Malaysia. Program ini diharapkan menjadi solusi terhadap direct flight yang sulit dilakukan dan membutuhkan waktu relatif lama.

Dicontohkan, untuk menarik kunjungan wisman dari pasar India yang tahun lalu memberikan kontribusi sekitar 600 ribu wisman, dengan direct flight dari Mumbai, India, ke Bali hanya melayani 3 kali perminggu. Sedangkan penerbangan dari India ke Singapura atau Kuala Lumpur Malaysia sebanyak 70 kali per minggu. Oleh karena itu, pihaknya akan fokus menggarap tourism hub dari Singapura dan Kuala Lumpur.

Selain itu, program yang ikut menentukan dalam mencapai target wisman tahun ini adalah Low Cost Carrier Terminal (LCCT). Kemenpar mencatat kunjungan wisman tahun 2017 lebih dari 55 persen menggunakan Full Service Carrier (FSC) sisanya menggunakan Low Cost Carrier (LCC). Namun, pertumbuhan FSC rata-rata hanya 12 persen di bawah LCC yang tumbuh rata-rata 21 persen. “Untuk mendorong kunjungan wisman LCC, harus memiliki terminal LCC dan program mulai terwujud. Per 1 Mei 2019, Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta resmi menjadi LCCT, jadi diharapkan akan terjadi lonjakan 1 juta wisman,” katanya.

1 Comment

Leave a comment