DENPASAR – Sejak harga tiket penerbangan domestik melambung pada akhir 2018, trafik penerbangan domestik hingga medio tahun ini, ibarat pesawat menukik tajam. Penurunan lalu lintas penerbangan ini, tidak saja mengubah tampilan grafis lalu lintas udara yang tadinya pada batas menengah menjadi di level batas bawah, tapi juga memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan nusantara.

Hal ini tentu saja akan mengkhawatirkan capaian devisa sektor pariwisata, industri yang diharapkan akan memompa devisa negara pada masa depan, di samping sektor migas (minyak dan gas) dan minyak sawit mentah (crude palm oil). Sebab rendah dan tingginya harga tiket penerbangan ikut memengaruhi rute pesawat, pergerakan, dan belanja uang (spending) wisawatan nusantara dan mancanegara.

Mengutip cnnindonesia.com (15/1), Indonesia National Air Carrier Association (INACA) melaporkan kenaikan harga tiket sudah berlangsung pada November 2018. Kenaikan harga tiket pesawat kisaran 40%-120% sejak November 2018 hingga January 2019. Harga tiket sekali perjalanan sebuah maskapai swasta dari Bandara Soetta Cengkareng, Banten menuju Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara sempat melonjak dari kisaran Rp 700.000 menjadi Rp 1.4 juta pada awal Januari 2019.

Hingga musim mudik Idul Fitri tahun ini pun, harga tiket pesawat tidak kunjung turun dengan signifikan bila dibandingkan pada musim Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan suasana sejumlah bandara pada terminal kedatangan dan keberangkatan tampak lebih sepi. Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyebutkan, jumlah penumpang menurun 62.42% atau 114.987 keberangkatan pada H-5 musim Lebaran (cnnindonesia.com/31/5).

Data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan 2019 (hubud.dephub.go.id) menunjukkan, lalu lintas udara (penerbangan) domestik merosot tajam. Bila tahun 2014, lalu lintas kedatangan sebanyak 688.394 pendaratan, maka hingga pertengahan tahun ini lalu lintas kedatangan tercatat 19.020 kali. Seiring itu, lalu lintas keberangkatan juga ikut berubah dari 683.525 penerbangan pesawat menjadi 19.116 kali hingga medio tahun ini.

Sebenarnya penurunan lalu lintas udara domestik, dari sisi kedatangan dan keberangkatan pesawat ini, sudah mulai nampak pada 2015. Hanya saja secara prosentase penurunan lalu lintas udara itu, tidak menukik tajam seperti dari tahun 2018 ke tahun 2019. Dimana diketahui, lalu lintas kedatangan tercatat 277.071 kali dan keberangkatan tercatat 276.986 penerbangan pada tahun 2018.

Pada tahun 2015, lalu lintas kedatangan tercatat 598.345 kali dan lalu lintas keberangkatan 595.370 kali. Terjadi penurunan 13.08% lalu lintas kedatangan pesawat dari tahun 2014 sebanyak 688.394 kali. Sedangkan pada lalu lintas keberangkatan terjadi penurunan 12.8% dari tahun 2014 yang tercatat 683.525 kali.

Untuk membalik kembali keramaian lalu lintas udara domestik ini, dari sisi kedatangan dan keberangkatan pesawat, sangat sulit dilakukan dalam sisa satu semester hingga akhir tahun ini meski dengan mengembalikan harga tiket seperti akhir 2018. Pasalnya, catatan trafik lalu lintas dalam semester pertama 2019 jauh tertinggal dengan capain semester pertama tahun lalu.

Konsekuensi dari penurunan lalu lintas udara juga berakibat merosotnya jumlah penumpang, bagasi, dan kargo dalam kurun 2014-2019. Sebagai contoh, jumlah pemumpang pada kedatangan pesawat domestik tercatat 754.575 orang dan keberangkatan 764,357 orang pada pertengahan 2019. Tahun lalu, jumlah penumpang yang datang mencapai 14.681.841 orang dan penumpang yang berangkat 14.568.573 orang.

Meski data kedatangan dan keberangkatan penumpang pesawat tersebut, tidak serta merta merekam secara spesifik profil penumpang sebagai turis atau bukan turis. Namun angka tersebut dapat menggambarkan pergerakan turis pada sejumlah destinasi wisata di Indonesia dengan menggunakan moda lalu lintas udara dalam semester pertama tahun ini.

Maka bila belum ada upaya meredam kenaikan harga tiket pesawat, bisa diprediksi trafik lalu lintas udara akan tetap sepi. Hal ini sedikit memengaruhi proyeksi pemerintah memperbanyak mobilitas penumpang, terutama turis, dengan masifnya revitalisasi bandara dan pembangunan baru bandara pada sejumlah daerah.

Leave a comment