DENPASAR – Perguruan Tinggi di Indonesia diminta agar mengembangkan metode perkuliah lebih inovatif menggunakan media digital, teknologi virtual realty (VR), augmented realty (AR), and artificial intelegence (AI) di era Revolusi Industri 4.0. Penggunaan metode perkuliahan yang lebih inovatif diyakini mampu mendongkrak daya serap mahasiswa terhadap materi kuliah.
“Saya rasa perguruan tinggi harus melakukannya, kalau kita tidak punya fasilitasnya karena biaya yang sangat tinggi, untuk itu saya selalu sampaikan untuk perguruan tinggi agar melakukan kolaborasi. Kalau tidak dengan kolaborasi rasanya itu akan sulit untuk dikembangkan,” kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir saat menyaksikan visual learning, bertajuk The Amazing Human Brain and The Potential Catastrope di Jakarta, seperti dikutip dari Kementerian Ristekdikti.
Turut hadir pada acara ini Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati, Founder Mochtar Riady Institute of Nanotechnology-MRIN Mochtar Riady, Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, Rektor Universitas Pelita Harapan Jonathan L. Parapak, Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis, Rektor Universitas Multimedia Nusantara Ninok Leksono, Direktur Pengembangan Teknologi Industri Hotmatua Daulay, dan Civitas Akademika Universitas Pelita Harapan.
Menurut dia, umumnya dosen kemampuan membacanya hanya 80 persen, maka materi yang terserap 40 persen. Namun dengan metode pembelajaran inovatif menggunakan media digital atau AI, maka materi perkuliahan bisa diserap 100 persen. “Metode seperti ini bisa kita kembangkan secara keseluruhan dan tidak hanya di bidang kesehatan saja, harus bisa di seluruh bidang lainnya,” katanya.
Kemenristekdikti sudah menerbitkan peraturan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan memudahkan akses masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Kedokteran UPH Eka J. Wahjoepramono memaparkan kuliah 3 Dimensi (3D) yang mengangkat topik ‘Eksplorasi Kehebatan Otak Manusia Dan Penyakit Yang Mengancam’ yang menjelaskan kehebatan otak yang memiliki sistem kerja yang kompleks dan menakjubkan. Otak manusia terdiri dari 100 milyar sel neuron, yang masing-masing terdiri dari 10.000 jaringan penghubung.
Setiap saat, jika otak tidak digunakan atau dimanfaatkan untuk beraktivitas, maka sel-sel otak tersebut satu per satu akan mengalami kerusakan yang bersifat permanen. Untuk mencegahnya, otak harus selalu diinduksi dengan membaca, berfikir, dan beraktifitas yang positif dan produktif.